<meta name='google-adsense-platform-account' content='ca-host-pub-1556223355139109'/> <meta name='google-adsense-platform-domain' content='blogspot.com'/> <!-- --><style type="text/css">@import url(https://www.blogger.com/static/v1/v-css/navbar/3334278262-classic.css); div.b-mobile {display:none;} </style> </head><body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d5515158144657271266\x26blogName\x3d%22FOSMAKE%22\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://fosmake.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://fosmake.blogspot.com/\x26vt\x3d-290706833722814696', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
0 comments | Sunday, January 27, 2008

Oleh: Amroellah .MZ**
“....Seribu salam bagimu wahai kekerasan
Yang karenamu dapat kureguk indahnya kelembutan
Seribu salam bagimu wahai kejahatan
Yang karenamu sangat kurindukan kebaikan... “

Merdu, syahdu, pilu, kudengarkan alunan lagu dari sang penjaga waktu yang tak tahu waktu, Menorehkan tinta kepedihan pada daging dalam ragaku.
Kudendangkan lagu tentang kesunyian, kudendangkan lagu tentang kebisingan, namun bibir dan hatiku tetap bisu, bisu, bisu, Bangs*t !!!


Kenapa tak kau ledakkan saja kepalaku ketika aku menamparmu dengan kata-kataku? Kenapa kau tak menerima saja ketika aku memberikan sepotong kue dari perjalananku untuk kau kunyah di tengah perjalananmu?
Kenapa aku terlalu banyak meminta dan merasa telah memberi? Kenapa? Kenapa? kenapa terlalu banyak “Kenapa”? kenapa tak kau hilangkan saja kenapa itu? Kenapa ? kenapa? T*i!!
Memang, waktulah yang bisa menjawab segalanya, tapi bisakah aku hidup tanpa harus melewati ruang dan waktu? kemudian dalam alam bawah sadarku akan kukitari langit dan segala isinya tuk memetik setengah atau bahkan seperempat titik dari kebesaran-Nya, lalu dalam kesunyianku akan aku ciptakan dunia itu, ya.. dunia mayaku, duniaku sendiri. Dunia dimana hanya ada kepakan sayap kupu-kupu putih yang tak pincang ditinggalkan sang hitam, dan hamparan rerumputan putih nan asri tanpa hitam setitikpun, dan takkan ada lagi kemenangan-kemenangan itu, kemenangan-kemenangan yang selalu mensyaratkan kekalahan-kekalahan, takkan ada lagi kepalsuan-kepalsuan itu, kepalsuan yang mengikis keaslian, takkan ada lagi kepentingan yang antara dia dan kebodohan hanya dibatasi oleh tirai yang tipis. Hahahaha.... G*blok !!
Waktu... waktu, kenapa sulit sekali engkau kujinakkan? Bukankah engkaupun sama seperti aku? sama sama makhluk dan sama sama hidup di alam ini? tapi kenapa aku merasa tak bisa mengenalmu dan bercengkerama denganmu? apalagi untuk menyemaikan sayap-sayapku yang telah lapuk dimakan olehmu ini.
Pernah suatu malam ketika keheningan mengepungku dengan segala asanya, ketika kehingaran menodongku dengan pistol terbesitlah dalam benakku untuk merajut cinta kasih dan menjalin hubungan mesra dengannya supaya kelak aku tak tertinggalkan olehnya . Tapi.. itulah aku, aku yang tak bisa meraba candamu, aku yang tak bisa melukis tawamu dalam kesenanganku, aku yang hanya merabamu dalam kesendirianku, aku yang...ahh.. Begitu pandirnya aku. Padahal dengan segala ketidaksadarankupun aku pasti tahu bahwa semua lelakumu selalu ada dalam setiap denyut nadiku, dalam setiap hembusan nafasku, dalam setiap getaran tubuhku, dan dalam setiap degupan jantungku. Sial !!
Cobalah kau lihat dunia mereka itu !! dalam setiap kebenaran yang mereka dendangkan selalu saja ada firman dan kekerasan, firman yang mereka paksakan untuk menjadi magnet dan kekerasan yang mereka jadikan besi, apakah tidak mereka sadari bahwa air tak akan pernah bersatu dengan minyak? Dan tidakkah mereka sadar bahwa dengan kekerasan itu justru mereka akan terlihat sangat lemah dan kerdil, lemah syaraf, lemah otak dan kerdil jiwa?, sadarkah mereka bahwa kekerasan tak akan pernah membuat mereka ditakuti tapi dikutuki? Lalu kenapa mereka selalu menganggap kekerasan itu wajib? mereka anggap itu kebenarankah ? hmmmh kebenaran macam apa itu?
Kebenaran adalah tatkala seorang manusia mengetahui kapan harus mengajak orang-orang secara sembunyi-sembunyi dan kapan harus mengajak mereka secara terang-terangan.
Kebenaran adalah tatkala seorang manusia mengetahui kapan harus hijrah dan kapan harus menetap.
Kebenaran adalah tatkala seorang manusia tak membenci orang yang meludahinya atau melemparinya dengan batu tapi justru menjenguknya ketika ia sakit.
Apa arti sebuah pengorbanan suci jika dalam pengorbanan sakralmu itu engkau caci maki saudaramu sendiri? Engkau coba binasakan saudaramu sendiri? Engkau pasung saudaramu sendiri? Engkau cabik-cabik mereka? hmmmh itu bukanlah “rahmatan lil ‘alamin”!! Tapi “rahmatan lima dzahabta ilaihi”.
Apa arti sebongkah pemberian jika dalam engkau memberi engkau mengharapkan imbalan ? itu bukanlah pemberian, Tapi tuntutan !!. Tuntutan yang karenanya dunia tak akan bisa menjadi indah. dan pasti, kau tak akan pernah bisa mencicipi nikmatnya “keindahan” itu. Karena kau adalah sang penuntut itu, penuntut yang berjalan di atas huruf dan ayat-ayat, Penuntut yang bersembunyi di balik jubah-jubah, penuntut yang lebih mementingkan “kopyah” daripada “sirah”.
Sayang...Maukah kau mencoba untuk melupakan tuntutanmu itu sejenak dan lepaskan gairahmu sekejap lalu manjakanlah hati dan akalmu seratus abad, dan cobalah engkau kunyah sesuap nasi “keindahan” yang telah Beliau sajikan untukmu.
Keindahanku adalah tatkala engkau membiarkan rusa, kerbau, tumbila hidup dalam alamnya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Dan sesekali biarkanlah sang tumbila menyedot darahmu dengan segala aroma apek yang ada dalam dirimu, dan kalaupun engkau tak rela darahmu yang apek itu di sedot oleh sang tumbila yang kurus kerempeng itu, kemudian karena ketidak relaanmu engkau ingin membunuhnya maka cukup bunuh dia dalam hatimu saja jangan sampai kau bunuh dia di khalayak umum apalagi harus kau penjarakan dia dulu atau kau salib dulu sebelum kau bunuh, itu bukanlah ketololan tapi kebodohan yang nyata !!
Keindahanku adalah tatkala engkau tak lagi membandingkan mana yang lebih baik antara sapi, keledai, kerbau dan monyet. Keindahanku adalah tatkala engkau tak lagi menginginkan rusa untuk menjadi kerbau atau sapi untuk menjadi kambing apalagi memaksakannya, tapi cukup kau ajari mereka falsafah ke”kerbauan” atau ke”kambingan” dengan segala laku lampahnya. karena bagaimanapun rusa tak akan bisa berubah menjadi kambing, ataupun sebaliknya. Dan jika engkau dapati segelintir kambing yang harus hidup dalam dunia kerbau maka jangan kau mengira bahwa sang kambing akan kehilangan eksistensinya !! karena engkau bukanlah pemilik kambing dan barang tentu bukan pembuatnya jadi kau tidak akan pernah tahu kapan sang kambing kehilangan eksistensi kekambingannya.
Dan tidakkah engkau ketahui bahwa sesungguhnya tingkat ke”Wagu”an yang paling tinggi adalah tatkala engkau mengoyakkan tirai-tirai keyakinan dengan paksaan, paksaan yang oleh “orang yang engkau bersedia mengorbankan segalanya” itu tidak pernah Beliau lakukan apalagi Beliau cintai !!.
Maaf.. Sayangku, Aku terlalu memaksamu.
Negeri Seribu Warnet
26 Oktober ‘05
**Manusia biasa yang tidak aktif dimana-mana dan pernah istitsnai


0 comments | Thursday, January 24, 2008










Oleh: Ahmad Adib Amrullah


Episode 1
( Tentang Seekor Nama )
Aku, Aku adalah aku apa adanya
Hanya saja aku terlalu sering mengada-ada
Mataku selalu kutautkan pada kekosongan yang hampa
Ahh.. kenapa terlalu kumembanggakan “Aku”? dan.. kenapa?
Dengan segala kerapuhanku aku selalu ingin menjadi raja?

Aku, Aku adalah aku apa adanya
Diselimuti awan hitam adalah wajahku, Hmmh..
Inikah wajah yang tak termakan oleh sang waktu itu? yang,
Bersemayam didalamnya ribuan mesin pembunuh waktu?

Aku, Aku adalah aku apa adanya
Malam kelam adalah jiwaku
Ringkih hitam adalah ragaku
Usang? ya, usang!! usang itu tak juga menghampiriku
Lalu lalang bisu itu tak juga menghempaskanku, hey..
Lihatlah !! Alam begitu luas menghampar, tapi kenapa?
Aku tetap terpenjara dalam perkelahian yang hingar?
Hatiku..!! hey, hatiku..!! Berapa lama lagi kau harus berkelakar?


Episode 2
( Tentang Seekor Aku )
Aku, aku adalah aku apa adanya
Tapi sayang aku tak ada apa-apanya
Kuliarkan akalku sedemikian rupa
Untuk kemudian aku tautkan pada kekosongan tanpa rasa

Aku, aku bukanlah apa-apa
Aku hanya setitik tai burung camar
Yang menempel pada satu sisi sudut kamar
Dengan keresahan yang tetap sumbar

Aku, aku bukanlah ada
Tapi hanya mengada-ada
Dan aku tak akan pernah ada
Jika tak ada Yang Menyinta

C I N T A K O E
Episode 3
( Tentang Seorang Cinta )

Episode 4
( Tentang Nama Cinta )
Malam itu anganmu mengetuk pintu imajinasiku
Untuk mempertanyakannya kembali,
Tentang rasa yang tak pernah terungkap disetiap malam itu
Hingga hadirkupun menjadi sesuatu yang menjemukan bagimu
Mana rasa yang kau dendangkan itu?!
Aku tak bisa menyentuhnya..! aku tak bisa melihatnya! ungkapmu
Indahnya sikapmu memang telah membuat lututku bertekuk
Namun.. haruskah kuungkapkan rasa itu? tanyaku
N
Aku rasa memang rasa itu hanya ilusi.. lanjutmu dalam kebimbangan.
Tidak..! itu bukan ilusi, bukankah auramu tak pernah menyajikan ilusi? Lalu,
Untuk apa kau meragukan auramu..? lanjutku bertanya
Sampai kapan kau akan membiarkan auraku berkeliaran?
Sampai kapan kau akan membiarkanku terpuruk dalam kekosongan? Sampai kapan..?
Umpama sebutir biji
Lambat laun pasti akan berbuah juga, lanjutmu
Tapi..

Episode 5

( Tentang Seorang" Aku" )
Di dalam perjalanannya Aku selalu penuh rasa ingin ,
Tetapi segalanya harus lepas berlalu bagai angin . . .
Aku ingin menjadi insan yang berbeda ,
tetapi lemahnya diri membuat Aku tak ada daya . . .
Aku cinta dengan kelemahanku . .

Aku ingin menjadi api yang bisa menyala didalam air,
walau akhirnya Aku harus padam dan ikut mengalir...
Aku ingin menjadi awan padat nan kokoh diatap langit biru,
walau didalam kopong terpaksa harus Aku biarkan berlalu...
Aku ingin menjadi pelangi ditengah gelapnya malam,
walau sinaran yang tak cukup membuat Aku tertelan dalam kelam...
Aku ingin menjadi malaikat pemberi berkah,
walau tersirat didalam benak sepasang sayap ini patah...
Aku ingin menjadi guntur raksasa yang sanggup membelah bumi,
walau diri ini yang terhanyut dan retak didalam mimpi...
Aku ingin didalam dinasti yang mana segala isi bumi mampu Aku renggut,
walau segala isi bumi memutar balik pada Aku menjelma maut...
Aku memang sangat ingin.....
tetapi Aku juga sangat tak ingin !!!!!
6th
Dalam kerubutan laler
01-01-06’

3 comments | Monday, January 21, 2008














By: Zen Dipo


Saat 'berpulang' adalah sebuah keniscayaan
Dan adalah sebuah janji yang mustahil tuk diingkari
Selayaknyalah ada sesanjung pujian
Untuk-Nya dimana lintas hati tak kan luput meski dibalik sunyi

Saudara,,,
Bilamana kau telah terdiam
Tuturkanlah santunmu meski tuk runcing telinga setan
Ukirkanlah senyummu disela bibir yang membungkam



Aku berdiri lajang pada titik sintesa hati
Rela, cinta, dan kematian
Berat untukku tersenyum menatap pucat bunda pertiwi
Pun atas nama cinta tak mungkin ku cerca cuap sahaya satu tujuan

Saudara,,,
Bilamana kau telah terdiam
Tiupkanlah doa meski pada sehitam ubun batu neraka
Lagukanlah cinta tuk hati meski tlah menghitam sepekat arang

Gendang telinga t'lah gentar oleh bandang amuk bengawan
Debu lumpur kota bajul nodai basah selaput mata nan perawan
Nyinyir orok tak luput di sepanjang jalan remang rerayuan
Pun riuh pasar dagang yang tak jemu tawarkan berutas kalam Tuhan

Saudara,,,
Bilamana kau t'lah terbenam dalam senggama
Bilamana sedih dan bahagia hanya ada dalam endapan kata
Ulurkanlah senyummu atasnama sanak-saudara

Kebenaran t'lah kusut kusam diperkosa
Kekeliruan mungkin bercahaya dalam bingkai kata
Tapi, satu yang lekat dan bisu tanpa sapa
Titipan cinta dari Sang pemilik Mayapada
Untuk semua, bukan kita atau mereka


Zen Dipo. Kairo, 20 januari 2008

0 comments | Sunday, January 20, 2008



Oleh: Syarief

Kupu-kupu senja itu
Ingatkan aku pada seseorang
Saat pertama kali ku kenal dia
Di suatu tempat dekat pondok

Untuk kali pertamanya aku melihat
Sesosok wanita umpama rembulan
Rembulan yang kan slalu terangi jalanku
Di saat matahari hatiku hampir terbenam



Oh, gadis....
engkau sungguh elok nan mempesona
wangimu bangkitkan gairah hidupku
setelah semangat hidupku hampir pudar
bak biru langit yang hendak pudar senja itu

Duhai, pelita hatiku....
engkau bagaikan setangkai bunga matahari
sebagai pelambang penerang kagelapan hati
betapa berbingar-bingar hatiku saat kau hadir
mengisi ruang-ruang hampa di batinku

Oh, cantik....
taukah dirimu bahwa bunga-bunga terlihat cemberut
seakan-akan cemburu dengan kecantikan wajahmu
taukah kamu akan wajah langit berubah memerah
seakan malu karena grogi dengan elok pribadimu

******
desir bayu di sekitarmu seakan berbisik
subhanallah...! alangkah indah makhlukMU ini Tuhan

0 comments

Oleh: Zen Dipo

Kini aku sendiri bersama malam, kelam
Guyur rindu lukiskan semburat legam masa silam
Coba kutepis geming malam dalam teduh awan hitam
Sendiri meniti pusara maya pada nan buram

Bersama dingin kubersenggama
Menampik sisa benci
Meredam rindu yang tak kunjung sirna
Luluhkan semi cinta di sela nafas duka palung hati

Ingin kugapai waktu lalu hembuskan hangat senyummu
Biarkan angin desirkan wangi tubuhmu
Biarkan malam agungkan namamu
Dan pastikan angkuh bintang redup oleh cahaya matamu

Kini aku bersama sunyi
Menatap lalu layang selendang kabut cintamu
Menahan pilu kala bisik pasir nodai suci cintamu
Melepasmu di setiap ruas jari langkah kaki

Wahai purnama hati, fajar tlah tiba menunggu
Lambaikanlah lembut tangan mungkin sebagai akhir sapamu
Dan pagi nanti telah kau luruhkan resah jiwaku
Karena mungkin esok kau tak lagi pernah kutemu

Kairo,16 januari 2008
(tuk si empunya 'lesung pipit')

1 comments




















Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno


Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak

Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa

Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman

Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhamad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal


Terjemahan dalam bahasa indonesia:

Ada kidung rumekso ing wengi.
Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit.
Terbebas dari segala petaka.
Jin dan setanpun tidak mau.
Segala jenis sihir tidak berani.
Apalagi perbuatan jahat.
guna-guna tersingkir.
Api menjadi air.
Pencuripun menjauh dariku.
Segala bahaya akan lenyap.

Semua penyakit pulang ketempat asalnya.
Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih.
Semua senjata tidak mengena.
Bagaikan kapuk jatuh dibesi.
Segenap racun menjadi tawar.
Binatang buas menjadi jinak.
Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.

Kandangnya semua badak.
Meski batu dan laut mengering.
Pada akhirnya semua slamat.
Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan.
Hatiku Adam dan otakku nabi Sis.
Ucapanku adalah nabi Musa.

Nafasku nabi Isa yang teramat mulia.
Nabi Yakub pendengaranku.
Nabi Daud menjadi suaraku.
Nabi Ibrahim sebagai nyawaku.
Nabi sulaiman menjadi kesaktianku.
Nabi Yusuf menjadi rupaku.
Nabi Idris menjadi rupaku.
Ali sebagai kulitku.
Abubakar darahku dan Umar dagingku.
Sedangkan Usman sebagai tulangku.

Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia.
Siti fatimah sebagai kekuatan badanku.
Nanti nabi Ayub ada didalam ususku.
Nabi Nuh didalam jantungku.
Nabi Yunus didalam otakku.
Mataku ialah Nabi Muhamad.
Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa.
Maka lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.